Tuesday, May 11, 2010

Salahkah Aku karna Terlalu Cinta …..


Cinta adalah sebuah bentuk perasaan ketika seseorang merasa ingin mengasihi dan menyayangi sesamanya makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah makna sederhana nya cinta…. Walaupun terkadang kita juga belum mengetahui apa sebenarnya makna dari cinta itu yang sesungguhnya.



Definisi Cinta


Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya.


Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)


Manusia dalam mencintai pasangannya, memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya dalam landasan yang mendasari rasa cinta tersebut. Ada yang cinta karena penampilan lahiriah, ada juga karena harta kekayaan dan ada pula karena darah keturunan. Pada dasarnya sih sah-sah saja selama tidak melebihi kadar yang seharusnya. Akan tetapi bagi seorang mukmin, ada satu landasan yang harus selalu mendasari kecintaannya kepada segala sesuatu. Landasan itu adalah kecintaan kepda Allah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14)

Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Maksudnya, seorang mukmin ketika mencintai sesuatu yang dibolehkan hendaknya dia tidak melebihkan diatas kecintaannya kepada Allooh. Demikian pula ketika seorang mukmin mencintai seseorang, terutama pasangn hidupnya, hendaknya dia tidak mencintainya melainkan hanya karena Allah. Yakni dia mencintai pasangannya karena kesalihan dan ketaatannya kepada Allah. Dan dia membenci pasangannya karena kemaksiatan dan kedurhakaannya kepada Allah..


CINTA DALAM RUMAH TANGGA

Hakekat ikatan suami istri adalah kerjasama, saling mengasihi dan saling mencintai. Akan semakin kokoh apabila dilandaskan cinta, sebaliknya jika cinta pudar maka ikatan merekapun akan rapuh dan tidak mampu menghadapi rintangan dan cobaan yang menghadang.

Ibnul Qoyim berkata dalam menjelaskan urgennya cinta suami istri dalam rumah tangga, “Ketika cinta suami istri semakin kuat dan sempurna maka tujuan dari menjalin ikatan pernikahan akan semakin sempurna pula .“ Tujuan menikah adalah menjaga kesucian dan meraih sakinah.

Hakekat cinta dalam keluarga adalah kecenderungan hati kepada kekasih karena adanya kecocokan setelah melihat dan merasakan keindahannya atau kesempurnaan sifat-sifatnya, adanya kecocokan batin dengan kekasih dan ketika sang kekasih berbuat baik kepadanya, kemudian kecenderungan tersebut melahirkan sesuatu yang luar biasa seperti penyerahan diri kepada kekasih, selalu mengingatnya, menunaikan hak-haknya, selalu mengharapkan pertemuan dengannya, hatinya dipenuhi dengan baying-bayangnya dan lain sebagainya dan akan menuntun mereka menuju terminal akhir yaitu sakinah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum:21)


BAGAIMANA JIKA RUMAH TANGGA TIDAK BERPONDASI CINTA ….

Meskipun sudah menikah dan tinggal satu atap, mereka berdua pasti memiliki titik-titik perbedaan, kekurangan-kekurangan dan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak disukai oleh pasangannya. Terkadang, ada cara makan, minum, berbicara, tidur dan seabrek perilaku lainnya tidak disukai oleh pasangannya.

Oleh karena itu, terkadang ada suami istri yang tidak atau belum mencintai pasangannya. Mereka butuh waktu untuk menumbuhkan benih-benih cinta antara mereka berdua. Karena itu cinta perlu dipupuk dan disirami setiap saat. Yang paling utama cinta adalah perkara hati yang seseorang tidak memiliki kekuasaan untuk mengontrol hatinya. 


Rasulullah berkata setelah berusaha adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya, “Ya Allah, inilah kemampuan saya dalam bermuamalah dengan istri, janganlah Engkau mencelaku atas sesuatu yang Engkau miliki dan tidak aku miliki” Turmudzi berkata dalam menafsirkan hadist ini, “Maksudnya adalah cinta dan kasih sayang,” Karena masalah hati, maka dianjurkan senantiasa berdo’a kepada pemilik hati, yaitu Allah.
dari Aisyah bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sering membaca doa يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى د ينـــك {Wahai Dzat yg meneguhkan hati teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu} aku pun bertanya: ‘Wahai Rasulullah sesungguhnya engkau sering membaca doa ini apakah engkau merasa khawatir?” beliau menjawab “Ya lalu apa yg membuat aku merasa aman wahai Aisyah sementara hari para hamba berada diantara dua jari jemari Ar Rohman”


KALAU TERLALU CINTA ???

Cinta memang selalu mengikuti tujuan orang yang memakanainya. Ketika cinta itu dilandaskan kepada Allah dan Rasul-Nya maka cinta yang seperti ini merupakan cinta yang mulia bahkan menjadi derajat cinta yang paling tinggi selain cinta-cinta kepada selain-Nya. Subhanallah….

“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Tapi ketika cinta ini dilandaskan kepada yang selain-Nya sehingga melalaikan dan melupakannya dari mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala maka jenis cinta ini merupakan jenis cinta yang tercela dan menempati derajat cinta yang rendah dan hina. Wal iya’udzubillah….bahkan bisa mengakibatkan kita terjatuh ke dalam lubang-lubang kesyirikan yaitu menyekutukan Allah subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya yang sebenarnya tidak pantas kita cintai melebihi cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada empat macam:

Pertama, cinta ibadah. Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas.

Kedua, cinta syirik. Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya.
Allah berfirman:
“Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Ketiga, cinta maksiat. Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya.

Allah berfirman: “Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat.” (Al-Fajr: 20)

Keempat, cinta tabiat. Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat.

Allah berfirman: “Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita.” (Yusuf: 8)

Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.

Ikatan cinta suami istri yang terlalu ketat akan membuat orang yang kita cinta merasa terkekang, karena keinginan kita untuk selalu ingin bersamanya setiap saat dan waktu, semakin lama, akan membuat ia merasa kesal karena kebebasannya terganggu, jangankan untuk sekedar melakukan kegiatan hobbi ataupun bersosialisasi, untuk taklimpun dilarang karna saking inginnya sang kekasih selalu ada disampingnya ( terutama bagi pengantin baru: red ). Lambat laun akan menimbulkan kekesalan pasangan dan keributan. Yang tadinya sayang berbalik benci. Dan rasa takut kehilangan orang yang dicintai membuat fikiran dan jiwa tidak tenang dan gelisah setiap saat, lupa makan lupa tidur bahkan lupa ibadah. Dan pengagungan yang berlebihan terhadap orang yang kita cintai bisa menyebabkan kita jatuh ke syirik. Jadi ….. cintailah pasangan hidupmu sekedarnya saja.

Dari Ubaid al-Kindi berkata:
“Aku mendengar Ali berkata kepada Ibnul Kawwa, “Apakah engakau tahu apa yang dikatakan pertama?” “Cintailah orang yang engkau cintai dengan sewajarnya, karena mungkin ia akan menjadi orang yang engkau benci suatu hari nanti. Bencilah orang yang engkau benci dengan sewajarnya, mungkin ia akan menjadi kecintaanmu suatu hari nanti.”
[Hasan lighairihi, diriwayatkan dengan riwayat yang mauquf, telah di shahihkan dengan riwayat marfu' di dalam kitab Ghaayatul-Maram (272), (LIhat Shahih Adabul Mufrad Imam Bukhari) oleh Syaikh Albani)]

Dari Aslam, dari Umar bin Khaththab radhiallahu anhu berkata:
“Janganlah cintamu menjadikan keterlenaan bagimu, dan jangan pula kebencianmu menajdikan kehancuran bagimu. Aku berkata, “Bagaimanakah itu?” Ia berkata, “Bila engkau mencitainya, maka engkau mencitainya sampai engkau terlena seperti layaknya seorang anak kecil, dan bila engkau membenci, engkau menginginkan kehancuran baginya.”
Shahih sanadnya (Lihat Shahih Adabul Mufad Imam Bukhari oleh Syaikh Albani)

Mu’adz bin Jabal radhiallahu anhu berkata:
"Apabila engkau mencintai seseorang, maka janganlah engkau berdebat dengan dia. Janganlah engkau membicarakannya, janganlah engkau bertanya tentang dia, karena barangkali engkau bertemu dengan musuhnya lalu dia memberitahukanmu tentang sesuatu yang tidak terdapat pada dia sehingga menyebabkan perpecahan antara dia denganmu."
Shahih, sanadnya yang mauquf dan hadits tersebut diriwayatkan dengan periwayatan yang marfu' di dalam kitab Adh-Dha'ifah (1420).


Dari Anas radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda:
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.” (Muttafaq Alaih)

"Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (Q.S. At-Taubah: 24).

Wallahu a'lam.
( Defnie Dn )

Dikutip dari berbagai sumber ( majalah & blog bermanhaj salaf )

No comments:

Post a Comment

.