Thursday, November 17, 2011

Senantiasa Komitmen di Atas Jalan Kebenaran

Bersyukur kita kepada Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan hidayah di atas Islam dan di atas Sunnah dengan pemahaman salaful ummah. Dan selanjutnya hendaklah kita tetap menjaga diri kita ini dan keluarga agar tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri karena kebenaran hanya satu dan tidak berbilang. Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berada di hadapan para shahabatanya Radhiallahu’anhum, dalam riwayat dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu,

خَطَّ لَناَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا فَقاَلَ: هَذاَ سَبِيْلُ اللهِ. ثُمَّ عَنْ يَمِيْنِ ذَلِكَ الْخَطِّ وَعَنْ شِماَلِهِ خُطُوْطاً فَقاَلَ: هَذِهِ سُبُلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهاَ شَيْطاَنٌ يَدْعُو إِلَيْهاَ. ثُمَّ قَرَأَ: {وَأَنَّ هَذاَ صِرَاطِي مُسْتَقِيْماً فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ}

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam membuat sebuah garis di hadapan kami satu garis lalu berkata: “Ini adalah jalan Allah.” Lalu beliau Shallallahu’alaihi wasallam menggaris beberapa garis di sebelah kanan dan sebelah kiri garis tadi lalu berkata: "Ini adalah jalan-jalan. Di atas setiap jalan itu terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.”
Lalu beliau Shallallahu’alaihi wasallam membaca firman Allah Ta’ala (Surat Al-An’am ayat 153): “Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah. Dan janganlah mengikuti jalan-jalan (sesat) hingga akan terpisah kalian dari jalan-Nya.” (HR. Al-Imam Ahmad, 1/435 dan 465, An-Nasa`i dalam Al-Kubra, 6/11174, Ad-Darimi no. 202, Ath-Thayalisi no. 244, Sa’id bin Manshur, 5/935, Ibnu Hibban, 1/180/6, dan Al-Hakim, 2/348, seluruhnya dari Abdullah bin Mas’ud z. Al-Hakim berkata: “Hadits ini sanadnya shahih.” Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam tahqiq Syarah Al-’Aqidah Ath-Thahawiyyah hal. 525)


Adapun yang bisa membuat kita menyimpang adalah karena adanya dalam diri kita dua penyakit hati, yaitu penyakit Syubuhat dan penyakit Syahwat yang akan semakin menambah penyakit hati.

Penyakit syubhat adalah seperti ketika Allah Subhanahu wata’ala menyebutkan orang-orang munafiqin dalam Al Quran:

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (Al Baqarah ayat 10)

Adapun penyakit Syahwat seperti ketika Allah Subhanahu wata’ala menyebutkan kepada istri nabi Shallallahu’alaihi wasallam dalam Al Quran:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." (Al Ahzab: 32-33)

Inilah jalan yang menyimpang akibat penyakit syubhat dan syahwat. Seorang Muslim hendaklah senantiasa komitmen di atas jalan kebenaran itu tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri, dan itulah hidayah. Allah Ta’ala menjanjikan bagi siapa saja di antara mereka yang mengikuti kebenaran dan mengikuti hidayah akan mendapat dua keutamaan yaitu tidak tersesat di muka bumi dan tidak sengsara di ahirat. Di muka bumi dia menjadi ahlul haq dan di ahirat akan mendapatkan kemuliaan dari Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى

“barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan sengsara." (Thaahaa: 123)

Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu menafsirkan ayat ini bahwa Allah telah memberikan jaminan bagi siapa yang membaca Al Quran dan mengamalkannya, maka dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan sengsara di akhirat.

Sebaliknya, bagi siapa saja yang berpaling dari petunjuk jalan kebenaran maka ia akan celaka. Di ayat selanjutnya,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit" (Thaahaa: 124)

Adapun makna kehidupan yg sempit kata para mufassirin, yaitu adzab kubur, dan Allah lanjutkan,

وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

"dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Thaahaa: 124)

Inilah balasan bagi orang yang menyimpang yang enggan mengikuti jalan kebenaran. Ketahuilah jalan kebenaran hanya satu. Pernah Hudzaifah ibnu Yaman Radhiallahu’anhu menasihati Abu Mas’ud Radhiallahu’anhu, "Ketahuilah sesungguhnya kesesatan benar-benar merupakan kesesatan ketika kamu menganggap baik yg dahulu kamu menganggapnya mungkar, atau kamu menganggap mungkar sesuatu yang dahulu kamu anggap baik di jaman nabi Shallallahu’alaihi wasallam. Jauhilah sikap berwarna-warni dalam beragama karena sesungguhnya agama Allah itu satu."

Saudaraku, jauhilah sikap talawun, warna warni dalam beragama, di sini senang di sana senang, di sini benar di sana benar, semuanya benar gak ada yang sesat. Itulah sikapnya bunglon berubah rubah warna. Bersama Ahlus Sunnah seperti Ahlus Sunnah bersama Ahluil Bid’ah seperti Ahlul Bid’ah.

Kebenaran adalah apa yang datang dari Allah Subhanahu wata’ala melalui jalur Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam. Selain itu bukan kebenaran. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah mendidik generasi terbaik umat ini dan telah berhasil mendidik mereka hingga mereka menjadi generasi yang terbaik yaitu para Shahabat Radhiallahu’anhum. Maka barangsiapa yang ingin komitmen bersama jalan kebenaran hendaklah menelusuri bagaimana cara Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mendidik shahabat Radhiallahu’anhum.

Sebagaimana hadits iftiraqul ummah (perpecahan umat) ini, yaitu sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

اِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهُمْ فِي الناَّرِ إِلاَّ وَاحِدَةً. قَالُوا: وَمَنْ هِيَ، ياَ رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ الْْيَوْمَ وَأَصْحاَبِي

“Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan dan Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya berada di neraka kecuali satu (golongan).” Mereka bertanya: “Siapa mereka, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka berada pada apa yang aku dan sahabatku berada pada hari ini.” [HR Tirmidzi dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitab Shahih Al-Jami’ no. 5218]

Salah seorang imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang bernama Al Imam Ashbahani mengatakan, "Aku tidak melihat seorang pun dari orang yang hatinya itu condong mengikuti hawa nafsu atau dia condong untuk mengikuti bid’ah melainkan engkau akan mendapati dia Mutahayyir, hatinya mati, dan dia akan dicegah untuk mengucapkan kebenaran."

Mutahayyir adalah sifat orang yang bingung, plin-plan, tidak kokoh di atas al haq. Sedangkan hati yang mati akan sulit untuk mendapati hidayah. Sedangkan sulit untuk mengatakan kebenaran akan membuat ia segan untuk berkata yang benar, khawatir akan dijauhi oleh sahabat-sahabatnya dan teman akrabya maka ia berjalan bersama hawa nafsu karena ingin sesuai dengan teman-temannya.

Sehingga penting untuk kita mengetahui jalan kebenaran untuk kemudian kita berpegang teguh kepadanya lalu meninggalkan selainnya. Karena syubhat semakin lama semakin terkaburkan oleh sekian banyak orang kecuali mereka yg mendapatkan rahmat dari Allah Subhanahu wata’ala dan sedikit dari mereka.

Ketahuilah bahwa prinsip utama kita adalah komitmen dengan apa yang telah diamalkan oleh shahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam karena itulah jalan kebenaran. Maka kebaikan apabila mengikut mereka, keburukan ketika menyimpang dari mereka.

Sebagaimana dalam surat At Taubah Allah Ta’ala menyebutkan,

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At Taubah: 100)

Wallahu a’lam

Abu Harun As Salafy

http://sunniy.wordpress.com/
[Sumber: Diambil dari buku catatan kami pada rekaman mp3 kajiannya Al Ustadz Abu Karimah Askari]

No comments:

Post a Comment

.